Langsung ke konten utama

https://keluarga.com/5070/jangan-hancurkan-masa-depan-anak-dengan-mengucapkan-kalimat-kalimat-ini

  • Tentu Anda setuju membangun rasa percaya diri anak tidak bisa dilakukan dalam waktu sekejap, butuh waktu lama dan harus dilakukan secara berkesinambungan, hingga anak-anak menyadari kemampuannya. Sayangnya, tidak sedikit orangtua yang menggunakan metode-metode salah dalam mendidik anak. Akhirnya bukan rasa percaya diri yang anak peroleh, tetapi justru rasa takut yang menghancurkan masa depan mereka.
    Kekerasan verbal merupakan salah satu bentuk ketidakmampuan orangtua dalam membesarkan putra-putrinya. Seringkali orangtua membungkus ucapan-ucapannya tersebut dengan candaan bernada sarkastik yang membuat anak-anak makin terluka hatinya.
    Sebagai orangtua tentu Anda tidak ingin menghancurkan masa depan anak hanya karena tidak mampu mengendalikan ucapan. Meskipun tidak ada satu pun orangtua yang sempurna, sebisa mungkin jaga tutur kata Anda dan hindari mengucapkan kalimat-kalimat berikut:
  • Kalimat bernada ancaman

    Kalimat bernada ancaman kerap diucapkan orangtua agar anak-anak patuh. Sayangnya, kalimat semacam ini memiliki efek jangka panjang dan bahkan mampu membuat anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang penakut. Jadi berhati-hatilah saat marah kepada anak, jangan biarkan telinga mereka mendengar hal tersebut keluar dari mulut Anda.
  • 1. Kalau kamu tidak patuh, maka kamu bukan anak mama

  • 2. Kalau kamu nakal, papa akan memukulmu

  • 3. Awas kalau diulangi, kamu tidak boleh pulang ke rumah

  • Kalimat bernada menyalahkan

    Kadang orangtua tidak ingin mengakui kesalahannya secara langsung di hadapan anak. Untuk itu, orangtua berusaha mencari-cari alasan bahkan menyalahkan anak supaya kesalahan yang diperbuatnya merupakan hal yang wajar.
  • 1. Gara-gara kamu, papa dan mama jadi bertengkar

  • 2. Semua ini kesalahanmu, coba kalau kamu tidak melakukan itu

  • 3. Kamu memang anak yang ceroboh

  • Kalimat bernada sindiran

    Kerap orangtua membanding-bandingkan kemampuan anaknya dengan kemampuan anak orang lain. Hal ini tentu saja membuat anak-anak akhirnya menjadi pribadi yang gampang minder dan merasa rendah diri.
  • 1. Seharusnya kamu bisa pintar seperti teman kamu itu

  • 2. Lihat anak itu, kenapa kamu tidak seperti dia

  • 3. Seharusnya kamu malu dengan dirimu sendiri

  • Kalimat bernada meremehkan

    Kadang orangtua menjadi tidak sabaran saat mengajari anak sesuatu. Bukannya terus memberikan dukungan, orangtua justru merasa kesal karena mungkin si anak memang memiliki kelemahan dalam mempelajari hal-hal baru.
  • 1. Sudah sini papa saja yang mengerjakan, kamu memang anak yang tidak bisa diandalkan

  • 2. Kamu memang tidak becus, sana kerjakan pekerjaan lain yang lebih mudah

  • 3. Hati-hati dong, kamu ceroboh sekali

  • 4. Ini bukan urusan anak-anak

  • Kalimat bernada kutukan

    Mungkin sudah menjadi kebiasaan atau sewaktu kecil Anda pernah mengalami hal yang sama, jadi mengucapkan kalimat semacam ini seperti sebuah makanan sehari-hari.
  • 1. Dasar anak kurang ajar semoga kamu ...

  • 2. Kalau kamu sampai melakukannya lagi, kamu pasti akan celaka

  • 3. Aku sumpahin kamu, kamu bakalan ...

  • Kalimat bernada paksaan

    Geregetan bahkan mungkin merasa jengkel dengan ulah anak yang terus-terusan ngeyel dan tidak mau mematuhi Anda. Untuk mengatasi hal tersebut kadang tanpa sadar Anda mengucapkan kalimat-kalimat berikut dengan tujuan supaya anak-anak bersedia menuruti keinginan Anda.
  • 1. Pokoknya kamu harus nurut apa kata mama, titik!

  • 2. Diam! jangan banyak alasan, kerjakan saja

  • 3. Kamu ini tidak pernah dengar apa kata papa, sukanya membantah terus. Awas kalau kamu ulangi lagi.

  • Kalimat bernada melecehkan

    Jika Anda mengharapkan anak-anak patuh dan menaruh rasa hormat kepada Anda, jangan pernah sakiti hati mereka dengan mengucapkan kalimat-kalimat berikut.
  • 1. Dasar anak kurang tahu diri, menyesal kami melahirkan kamu

  • 2. Kamu lahir dari batu, karena itu kamu jadi keras kepala

  • 3. Kamu hanya menjadi benalu bagi keluarga ini

    Selain hilangnya rasa percaya diri, masih ada banyak dampak negatif lain yang akan dihadapi seorang anak akibat memiliki orangtua berlidah tajam. Mungkin saat ini Anda belum melihat hasilnya, tetapi banyak anak-anak yang mengalami hal semacam ini tumbuh dengan kepribadian yang sangat buruk.
    Dr. Susan Forward, dalam bukunya Toxic Parents, mengatakan "Orangtua semacam ini lupa bahwa anak-anak sangat memercayai apa yang mereka katakan. Jika orangtua mengatakan si anak pengecut, jelek ataupun bodoh, maka mereka percaya bahwa dirinya memang betul-betul pengecut, jelek dan bodoh. Anak-anak dalam situasi semacam ini belum mampu memahami apakah orangtuanya betul-betul serius atau sedang bercanda. Jadi berhati-hatilah selalu dengan ucapan Anda."
  • Sumber: https://keluarga.com/authors/agung-candra-setiawan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya belajar, karena saya...

Saya belajar, karena saya... Saya belajar, bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain mencintai saya… Saya hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang yang saya cintai… Saya belajar, bahwa butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan hanya beberapa detik saja untuk menghancurkannya… Saya belajar, bahwa orang yang saya kira adalah orang yang jahat, justru adalah orang yang membangkitkan semangat hidup saya serta orang yang begitu perhatian pada saya…. Saya belajar, bahwa persahabatan sejati senantiasa bertumbuh walau dipisahkan oleh jarak yang jauh. Beberapa diantaranya melahirkan cinta sejati… Saya belajar, bahwa jika seseorang tidak menunjukkan perhatian seperti yang saya inginkan, bukan berarti bahwa dia tidak mencintai saya…. Saya belajar, bahwa sebaik-baiknya pasangan itu, mereka pasti pernah melukai perasaan saya, dan untuk itu saya harus memaafkannya…. Saya belajar, bahwa saya harus belajar mengampuni diri sendiri dan oranglain, kalau tidak mau ...

Momen-momen paling 'WOW' ketika menjadi orangtua baru

Menikah dan kemudian memiliki anak menjadi harapan besar setiap orang, sebab dengan hadirnya seorang anak hidup akan terasa lebih lengkap dan memiliki arah tujuan yang jelas. Inilah yang terjadi dalam kehidupan saya, tak lama setelah menikah Tuhan benar-benar mengabulkan permohonan kami, dalam waktu dekat kami akan segera menjadi orangtua. Kini, seorang putra telah lahir di tengah-tengah rumah tangga kami, bayi yang sehat dan menggemaskan, kami benar-benar dibuat jatuh cinta oleh kehadirannya. Melalui artikel ini saya ingin berbagi pengalaman kepada Anda momen-momen paling membahagiakan menjadi orangtua baru. Bagi Anda para orangtua mungkin hal ini tidak terlalu menarik, tapi bagi calon orangtua baru semoga artikel ini makin membuat Anda penasaran dan lebih bersemangat menanti kehadiran buah hati Anda. 1. Mengantar istri periksa sebulan sekali Hampir tiap awal bulan saya terpaksa meminta izin dari tempat kerja untuk mengantar istri memeriksakan kehamilannya. Ini merupakan pe...

7 cara terbaik memulai hari dengan positif

Letih, lesu, badan lemas dan kurang bertenaga, pernahkah Anda mengalami hal tersebut? Pernahkah Anda memikirkan cara bagaimana supaya kejadian tersebut tidak terjadi berulang kali, setiap hari? Salah satu cara paling sederhana untuk mengatasi perasaan tersebut adalah dengan menanamkan sugesti positif dalam pikiran sebelum mengawali hari. Ini penting, ibarat sebuah mesin, tubuh butuh melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum diajak memulai beraktivitas. Nah, berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan di pagi hari. Semoga dengan rutin melakukannya, maka rasa letih, lesu, badan lemas, dan kurang bertenaga tidak lagi Anda rasakan. 1. Berdoa Bangun tidur dan bisa menghirup napas di pagi hari merupakan karunia besar dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Atas kasih dan kemurahan-Nya ini, bersyukurlah selalu dengan memulai hari lewat doa. Lakukan hal ini dengan sukacita sebagai kewajiban, dan bukan sebagai kebiasaan maupun keterpaksaan. 2. Olahraga ringan Tinggal di perkotaa...